Saturday, January 23, 2016

Tasikmalaya Tempo Doeloe

 baca juga :

Nama-nama Bupati Tasikmalaya dari Masa ke masa

Bangunan bersejarah di Tasikmalaya 

Asal usul Kampung Naga 

Menara Eifel Tasikmalaya

Foto-foto Tasikmalaya Tempo Dulu 






 

Mesjid Manonjaya tahun 1921
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6a/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Moskee_in_Manondjaja_TMnr_10016652.jpg






Mesjid Tasikmalaya tahun 1921
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/27/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Moskee_in_Tasikmalaja_TMnr_10016514.jpg




Mesjid Tasikmalaya 1925
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ec/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Moskee_in_Tasikmalaja_TMnr_60016860.jpg




Batu di sekolah perdagangan, bekas kiriman letusan Galunggung sekarang SMPN 10 , Tasikmalaya tahun 1925
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/78/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Rotsen_voor_de_Ambachtsschool_in_Tasikmalaja_TMnr_60016865.jpg





Pengrajin Payung di Babakan Payung tahun 1920
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/af/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Vervaardiging_van_parasols_in_Tasikmalaja_TMnr_10014542.jpg

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/23/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Vervaardiging_van_parasols_in_Tasikmalaja_TMnr_10014544.jpg

Kodim Tarumanegara tahun 1925 - 2012

Pendopo & Rumah Bupati Tahun 1925
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/51/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_woning_van_de_Regent_in_Tasikmalaja_TMnr_60016867.jpg


Kantor asisten komisaris di Tasikmalaya tahun 1921
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d5/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_kantoor_van_de_assistent-resident_in_Tasikmalaja_TMnr_10015379.jpg


Pembangunan rumah sakit di Tasikmalaya tahun 1925
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/66/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_operatie_gebouw_van_het_ziekenhuis_in_Tasikmalaya_TMnr_60014735.jpg


Potret Bupati dan Crew dengan senapan di Manondjaja disertai bulldog...kereennnnn
tahun 1870
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Groepsportret_met_de_regent_van_Manondjaja_met_jachtgeweer_en_hazewindhonden_TMnr_60027313.jpg


enara Eiffel bambu Tasikmalaya, Jawa, memperingati penobatan Ratu Wilhelmina pada tahun 1898 dan dirancang dan dilaksanakan oleh inspektur Air AH van Bebber di Pendopo Tasikmalaya
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/57/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Eiffeltoren_van_bamboe_te_Tasikmalaja_Java_opgericht_ter_ere_van_de_kroning_van_koningin_Wilhelmina_in_1898_en_ontworpen_en_uitgevoerd_door_de_opzichter_van_de_Waterstaat_A.H._van_Bebber_TMnr_10011465.jpg/475px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Eiffeltoren_van_bamboe_te_Tasikmalaja_Java_opgericht_ter_ere_van_de_kroning_van_koningin_Wilhelmina_in_1898_en_ontworpen_en_uitgevoerd_door_de_opzichter_van_de_Waterstaat_A.H._van_Bebber_TMnr_10011465.jpg


Rapat Majelis Desa dipimpin oleh Perwakilan Pemerintah,sudah brg tentu Perwakilan Pemerintanya pasti org Belanda Tahun 1925
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f0/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_Europese_man_en_zijn_inheemse_collega_zitten_voor_tijdens_een_desaklacht_te_Tasikmalaja_TMnr_10001733.jpg
alan Raya Tasikmalaya - Bandung thn 1920
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3b/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_tussen_rijstvelden_gelegen_weg_naar_Tasikmalaja._TMnr_60002470.jpg

Sebuah Prosesi Perayaan Kabupaten di Tasikmalaya Tahun 1925
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Optocht_tijdens_jubileumfeesten_in_Tasikmalaja_TMnr_60016871.jpg

Anak-anak diajarkan dalam tenun tikar bambu dan rokok kasus, Tasikmalaya ( kayanya dipekerjakan) tahun 1923  
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/44/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kinderen_krijgen_les_in_het_vlechten_van_sigarettenkokers_en_matten_van_bamboe_Tasikmalaja_TMnr_10014577.jpg

Potret putri Bupati Manondjaja tahun 1890
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1b/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_een_dochter_van_de_regent_van_Manondjaja_TMnr_60027314.jpg/438px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_een_dochter_van_de_regent_van_Manondjaja_TMnr_60027314.jpg
Potret putri Bupati Manondjaja tahun 1890
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_een_dochter_van_de_regent_van_Manondjaja_TMnr_60027315.jpg/447px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_een_dochter_van_de_regent_van_Manondjaja_TMnr_60027315.jpg
Stasiun Kereta Tasikmalaya
http://i709.photobucket.com/albums/ww100/askrisnaya/Photo%20Jadul/kai2.jpg  http://i709.photobucket.com/albums/ww100/askrisnaya/Photo%20Jadul/kAI.jpg

Terminal Bus 
http://i709.photobucket.com/albums/ww100/askrisnaya/Photo%20Jadul/terminal.jpg  http://i709.photobucket.com/albums/ww100/askrisnaya/Photo%20Jadul/terminalGn.jpg

Pasar 
http://i709.photobucket.com/albums/ww100/askrisnaya/Photo%20Jadul/pasar.jpg
sumber :  http://cepi-wungkul.blogspot.co.id/2012/05/foto-foto-tasikmalaya-tempo-duoeloe.html

Berikut ini beberapa foto yang dikumpulkan Tim Taselamedia dari berbagai sumber, yang tentunya tidak lain mengingatkan kita sebagai warga Tatar Pasundan mengenang dan menerawang ke masa lampau dengan menyimak beberapa foto hasil para fotografer tempo doeloe yang mana hasil karya mereka dikenang dari masa ke masa.

Tasikmalaya Selatan Tahun 1925

Situ Lengkong Tasikmalaya Tahun 1910


Sawah di manonjaya timur dengan latar belakang jembatan diatas sungai Ciwulan, Date 1880

Rumah Tjamat soekapoera kollot, Tahun 1880

Rumah keluarga - Tasikmalaya Date 1924

Perayaan Tasikmalaya Tahun 1924

Pasangrahan SIngaparna Tahun 1880

Mesjid Tasikmalaya Tahun 03-1901

Mesjid Manonjaya Tahun 1880

Membawa daun pandan - Rajapolah Tahun 1920

kegiatan Volyball militer di Tasikmalaya Tahun 15-08-1949

kebun di kediaman Asisten Residen Tasikmalaya date 1880

Jalan tasikmalaja - garoet (mangoenredja) 1880

Industri Payung - Tasikmalaya Datum 1935

Gunung galunggung 1880 (Diphoto dari mangunreja)

Gunung Papandayan garut tahun 1910

Acara Pernikahan Manonjaya - Tasikmalaya Tahun 1900

Friday, January 22, 2016

Sejarah Tasikmalaya

Sejarah Kabupaten Tasikmalaya

Sejarah Tasikmalaya setidaknya terbagi atas 2 periode, yaitu era sebelum Islam, dan era masuknya Islam. Berikut ini paparannya.

Pada sekitar abat ke 7 sampai dengan abad ke 12, Wilayah Tasikmalaya yang kini dikenal dengan sebutan Kabuptaten Tasikmalaya, telah dikenal suatu bentuk Pemerintahan yang berlevel Kebataraan atau kasepuhan, dengan pusat pemerintahaan kala itu di daerah sekitar Gunung Galunggung.

Tasik pada abad-abad tersebut pemerintahannya pernah dipimpin oleh sang Batara Semplakwaja, kemudian Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang, yang kemudian terjadinya transformasi bentuk pemerintahan dari Kebataraan menjadi Kerajaan.

Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang berada di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya, berdiri pada 13 Bhadrapada 1033 Saka atau sekitar 21 Agustus 1111 dengan raja pertamanya adalah Batari Hyang.

Salah satu prestasi Batari Hyang adalah hadirnya ajaran yang dikenal dengan Sang Hyang Siksakanda ng Karesian, yang hingga masa era kekuasaan Prabu Siliwangi (1482-1521 M) ajaran ini masih menjadi ajaran resmi yang dianut.

Sejarah Kerajaan Galunggung ini bertahan hingga enam generasi yang semuanya keturunan dari Batari Hyang.

Sejarah berlanjut hingga tibanya masa pemerintahan Sri Gading Anteg di Sukakerta dengan ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya). Sri Gading Anteg hadir sezaman dengan Prabu Siliwangi, dan wilayah yang dulu masuk dalam Kerajaan Galunggung telah menjadi bagian dari Kerajaan Siliwangi yang berpusat di Pakuan Pajajaran.

Kerajaan Siliwangi pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) pengganti tahta dari Prabu Siliwangi, mengalami desakan dari pergerakan kerajaan Islam yang mulai menguasai tanah Jawa termasuk Tanah Sunda. Pergerakan kerajaan Islam yang dipelopori Kerajaan Cirebon dan Demak ini cukup menyudutkan eksistensi kerajaan Siliwangi, apalagi setelah Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam.

peta kabupaten tasikmalaya
Peta Kabupaten Tasikmalaya


Hal ini membuat semakin lama Siliwangi menjadi lemah dan membuat daerah-daerah kekuasannya terutama yang terletak di wilayah timur berusaha merdeka dan melepaskan diri. Diperkirakan Wilayah yang dulunya Kerajaan Galunggung dan kemudian Surakerta mengambil kesempatan ini untuk memerdekakan diri lewat pemimpinnya yang waktu itu memerintah yaitu Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan yang diduga beliau telah memeluk Islam, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya wilayah yang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya hingga saat ini.

Setidaknya ada banyak peristiwa penting yang terjadi di daerah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya yang turut mewarnai sejarah Republik Indonesia pada khususnya. Diantaranya :

  • Pemberontakan terhadap penjajah Jepang yang dipimpin oleh K.H.Zaenal Mustofa di Singaparna.
  • Pelucutan senjata KOMPETAI oleh para pemuda Tasikmalaya.
  • Penerbangan pertama dengan pesawat terbang yang menggunakan bendera merah putih dari Pangkalan Udara Cibeureum dilakukan oleh pilot Adi Sutjipto dan Basyir Surya.
  • Lahirnya Divisi Siliwangi
  • Pemberangkatan Hijrah ke Yogyakarta pada era Agresi Militer Belanda I
  • Kongres pertama Koperasi Indonesia yang melahirkan Hari Koperasi 12 Juli.
  • Lahirnya konsep pertahanan keamanan rakyat semesata (HANKAMRATA).
nb : sumber berita Wikipedia. 




Asal Usul Nama Kota “Tasikmalaya”; Mengungkap Bencana Maha Dahsyat di Tatar Sunda

Kantor Bupati Tasikmalaya Tahun 1925
Kantor Bupati Tasikmalaya Tahun 1925
Antara Sukapura dan Tasikmalaya berbilang riwayat yang panjang. Dua nama yang berada di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat, ini silih berganti menjadi nama wilayah administratif. Riwayatnya bisa kita gali dari buku buku sejarah. Di antaranya kita bisa membaca tulisan “Sukapura (Tasikmalaya)” karya Ietje Marlina yang dimuat dalam buku Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat (2000: 91-110) dan Sejarah Kota Tasikmalaya, 1820-1942 (2010), karya Miftahul Falah. Dari kedua buku tersebut, nama pertama yang mula-mula mengemuka dalam sejarah adalah Sukapura.Pertama-tama nama ini merujuk kepada satu dari tiga kabupaten di Priangan yang diresmikan oleh Sultan Agung dari Mataram pada 9 Muharam Tahun Alif yang bertepatan dengan 20 April 1641. Dua kabupaten lainnya adalah Kabupaten Parakanmuncang dan Bandung.
Tasik_1
Peresmian tersebut merupakan balas jasa Sultan Agung kepada umbul-umbul di Priangan Timur yang membantu menumpas pemberontakan Dipati Ukur kepada Mataram. Pada 1632, umbul Sukakerta Ki Wirawangsa bersama dengan Umbul Cihaurbeuti Ki Astamanggala dan Umbul Sindangkasih Ki Somahita menahan dan membawa kepala daerah Tatar Ukur itu ke Mataram untuk dihukum mati. Sebagai imbalannya, dalam piagam bertanggal 9 Muharam, itu Sultan Agung mengangkat Ki Wirawangsa sebagai Bupati Sukapura  bergelar Tumenggung Wiradadaha; Ki Astamanggala menjadi bupati Bandung bergelar Tumenggung Wiraangun-angun; dan Ki Somahita sebagai Bupati Parakanmuncang bergelar Tumenggung Tanubaya.
Nama Sukapura menurut Babad Soekapoera (R. Kertianagara), berasal dari kata “suka” yang berarti “asal” atau “tiang” dan “pura” berarti “karaton” atau istana. Dengan demikian, Sukapura bisa mengandung arti “djedjerna karaton” atau “asal-mula istana”, karena di tempat itulah kabupaten Sukapura berdiri. Meskipun nama Sukapura bisa juga sebenarnya diambil dari nama desa yang menjadi bawahan Distrik Sukaraja, karena kemudian terbukti Ki Wirawangsa memindahkan ibukota kabupaten dari Dayeuh Tengah ke Leuwi Loa, yang termasuk Desa Sukapura Onderdistrik Sukaraja.
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal pendirian Kabupaten Sukapura hingga tahun 1901, kota yang kini dikenal sebagai Tasikmalaya tidak termasuk ke dalam wilayah Sukapura. Mulanya, ia masuk wilayah Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sumedang. Mula-mula Kota Tasikmalaya dikenal sebagai bagian dari Umbul Galunggung atau Indihiang, yang termasuk Kabupaten Parakanmuncang. Kemudian sejak 1820 muncul nama distrik Tasikmalaija op Tjitjariang (Tasikmalaya atau Cicariang) dan inilah kali pertama nama Tasikmalaya mengemuka dalam sejarah sebagai nama sebuah wilayah.
Pada 1839, Distrik Tasikmalaija op Tjitjariang diringkas menjadi Distrik Tasikmalaija dan pada 1901 distrik tersebut dimasukkan sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Sukapura. Perubahan yang sangat berarti terjadi pada 1913, karena sejak itu secara resmi Kabupaten Sukapura berubah nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya. Perubahan ini mengikuti nama ibukota kabupaten sesuai dengan kebijakan kolonial Hindia Belanda.
Dari sisi toponiminya, nama Tasikmalaya menimbulkan berbagai penafsiran. Dalam kedua buku di atas misalnya, ada dua pendapat yang menyatakan asalusul nama Tasikmalaya. Pertama, nama itu terbentuk dari kata “tasik” dan “laya”. “Tasik” berarti “keusik” atau pasir dan “laya” berarti “ngalayah” atau menghampar. Jadi, Tasikmalaya diartikan sebagai “keusik ngalayah” atau pasir yang menghampar akibat letusan Gunung Galunggung pada 8 dan 12 Oktober 1822.
Kedua, nama itu terbentuk dari kata “tasik” dan “malaya”. “Tasik” berarti telaga, danau, atau air yang menggenang dan “malaya” berarti jajaran gunung-gunung. Dengan demikian, Tasikmalaya dapat diartikan sebagai jajaran gunung-gunung yang berjejer dalam jumlah yang banyak, seperti yang terekam dalam ungkapan “Jajaran gunung-gunung téh lobana lir cai laut” yang berkembang di masyarakat Tasikmalaya.
Pendapat kedua ini pun dihubungkan dengan letusan Galunggung 8 dan 12 Oktober 1822. Bedanya, tafsiran kedua menyertakan fenomena terbentuknya sekitar 3.648 bukit kecil (hillocks) yang dikenal sebagai “10 ribu bukit” di sekitar Tasikmalaya, akibat letusan tersebut.
Namun, bila merujuk kepada penamaan wilayah sebagaimana yang dapat dibaca dari buku Miftahul Falah, kedua pendapat tersebut tertolak, karena nama Tasikmalaya sebagai nama daerah sudah digunakan sejak tahun 1820, dua tahun sebelum terjadinya letusan Galunggung pada 8 dan 12 Oktober 1822.
Penafsiran lainnya mengenai toponimi Tasikmalaya disampaikan geologiawan senior M.M. Purbo Hadiwidjoyo pada muhibah kebumian 23-26 Januari 2013 dari Tasikmalaya hingga Banjarnegara. Di sela-sela perjalanan, antara lain di Jembatan Cirahong dan Hotel MGriya Guest House, Purwokerto, Purbo menerangkan bahwa kata Tasikmalaya berasal dari kata “tasik” yang berarti “danau”, awalan kata kerja “ma-“ dan “laya” yang berarti “mati”. Sehingga pengertian Tasikmalaya menurut Purbo adalah danau yang di dalamnya banyak mayat terapung-apung.
Memang, penafsiran tersebut ia kaitkan dengan kegiatan Gunung Galunggung. Namun, kegiatannya bukan yang terjadi pada 1822, melainkan jauh sebelum itu, bahkan ribuan tahun sebelum itu. Kala itu Gunung Galunggung meletus sangat dahsyat. Ledakannya menghancurkan dinding timur Galunggung. Lontarannya sampai ke Manonjaya dan menutup alur Sungai Citanduy Purba. Karena tertutup, maka jadi danau. Air danaunya mula-mula mengalir ke selatan jadi Sungai Cibulan. Sebagian airnya bergabung dengan air dari Galunggung, Cakrabuana, dan gunung-gunung di sekitar Purwokerto yang dipengaruhi oleh budaya Sunda atau bercorak Sunda, contohnya, Cilongok, Rancamaya, Baturaden, Darmaraja, Tangkil, Pageraji, Pakuncen, Babakan, Cimerang, dan Paguyangan.
Hal ini, mungkin karena dulu di Purwokerto pernah berdiri Kerajaan Pasir Luhur bagian dari Kerajaan Sunda-Galuh. Kali Serayu dan Bendung Hidraulik Pertama di Gambarsari Hari kedua, mula-mula kami menepi di tepi jalan yang berbatasan dengan Kali Serayu arah dari Purwokerto, setelah melewati dua bukit tempat terowongan kereta api. Dari tempat itu ke arah hulu tampak jembatan kereta api melintasi Kali Serayu, sedangkan ke arah hilir terlihat bendung Gambarsari.
Kami pun menyambangi tempat poros bendung itu. Sungai Serayu atau Kali Serayu, dulu dalam naskah Bujangga Manik disebut juga Ci Sarayu, benar-benar merupakan sungai besar. Salah satu mata airnya, bernama “Tuk Bima Lukar”, berada di dataran tinggi Dieng. Dari hulunya di daerah Dieng hingga ke muaranya di dekat pantai Cilacap, sekitarnya, sehingga membentuk Sungai Citanduy Baru yang alirannya memutar dan menembus ke Cirahong. Saat letusan Galunggung itu, sudah ada manusia. Sehingga setelah pembendungan Citanduy Purba oleh lahar Galunggung dan pembentukan tasik atau danau, banyak penduduk di sekitarnya menjadi korban dan memenuhi danau itu, sehingga daerah tersebut dinamakan Tasikmalaya.
Untuk memperkuat pendapatnya, Purbo mengetengahkan Kampung Naga di Salawu sebagai daerah yang selamat dari letusan besar Galunggung itu dan kemudian terbebat (terisolir) dari penduduk lainnya, sehingga tata budaya mereka cenderung berbeda dengan penduduk lainnya.
Bagaimanapun, menafsir Tasikmalaya adalah upaya terbatas. Tafsiran-tafsiran di atas adalah cara untuk mendekati kebenaran melalui bahasa yang secara turuntemurun digunakan untuk merekam kejadian alam.
Penanda “tasik” yang disangkutkan dengan pasir maupun danau dan “laya” yang disangkutkan dengan hamparan, jajaran gunung-gunung, atau kematian, semuanya hendak membongkar petanda di balik kata Tasikmalaya yang bertaut dengan peristiwa alam.
Maka, siapa yang benar dan yang salah dalam menafsir Tasikmalaya tidak relevan lagi. Siapapun boleh menafsirkan lagi Tasikmalaya berdasarkan bukti-bukti yang dimilikinya.
Sumber : Penulis Atep Kurnia, Jurnal Geologi, GeoMagz No 1, Edisi Maret 2013